GEMERLAP TAHUN 2008 BERSAMA ALUMNIHKX.BLOGSPOT.COM

Pertemuan Setelah Se-Windu Perpisahan

Menanggapi request laporan perjalanan acara reuni tanggal 22-23 Januari 2008, dari awal sampai akhir acara. Tulisan ini hadir untuk semua.

Pertemuan Setelah Se-Windu Perpisahan

Tanggal 22 dan 23 Januari 2008. Hari yang tertulis di Lauh Mahfuzh, 13 orang alumni PonPes Husnul Khotimah 2007 akan bertemu di tempat dahulu kami bergumul dengan waktu, mencipta sejarah dalam dada para pelaku dan penyaksi, Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Biarlah seorang bagian dari kami yang lain berkata,”ngapain balik lagi ke Husnul, dunia masih luas, kita nggak bakal berkembang kalau terus terlena menatap masa lalu“. Silakan berucap demikian, diserahkan ke masing-masing jiwa untuk menilainya, karena di sinilah nyatanya terpatri kembali kencang tali persaudaraan setelah se-windu perpisahan, di sinilah kami melihat karya kita ditancapkan berdiri di atas bumi, di sinilah kami mendapatkan beberapa kesempatan kembali terbuka di masa depan kita.

Dimulai dari sebuah pesan –entah dari siapa- yang terketik di situs alumni kita,”kumpul yo di HK tanggal 21 & 22 Januari…”, akhirnya beberapa saudara kita merespon dan kirim kabar kirim tanya bener nggak bener siapnya. Kebetulan juga salah seorang saudara kita yang lagi lanjut di Malaysia, Junjun pada tanggal segitu lagi ada di Indonesia untuk acara keluarga. Kebetulan juga alumni dari Jogja pada tanggal segitu lagi dapet tugas konfirmasi acara presentasi ke Husnul. Yo wislah, akhirnya Junjun pun –sebagai yang terjauh yang bisa hadir- terlanjur semangat ngontak n ngajakin alumni lainnya buat kumpul tanggal segitu di HK (walau semua bukan terjadi dengan kebetulan, semuanya Qaddarallaah), dan tertunjuklah akh Luthfi Akip sebagai contact personnya.

Pagi tanggal 22 Januari 2008. Kamar tamu jadi base camp kami, walhasil berantakan dah tu ruangan -tapi sebelumnya juga udah berantakan sih-. Naas nasib kami waktu itu, HK lagi kekurangan air. Mesin penyedot airnya lagi error semenjak 3 hari sebelumnya, dan akhirnya mobil tangki air pun bolak-balik naik-turun ke HK buat ngirim air yang tak seberapa buat penghuni HK yang kian tahun kian nambah.

Rencana kegiatan kami di sana –hasil chattingan n SMSan-, pagi; sharing antar alumni, siang; temu asatidz, sore; tanding futsal, malem; bobo.

Dimulailah pagi itu dengan acara sharing. Kami berkumpul di saung depan Gd. Darul Arqam, di samping Tugu Kenangan yang jaraknya sekarang semakin dekat karena dipindah dan dimodifikasi alasnya. Cerita demi cerita, info demi info, ejekan demi ejekan –kebiasaan santri yang gak hilang ditelan masa-, canda demi canda, tawa demi tawa menggema dari sana. Dan akhirnya hiruk-pikuk tersebut sekejap membisu oleh sebuah ucap dari lidah ust Agus Budiman –sang sekretaris-,”Hey, jangan berisik di sini dong!!!”. Layu, dengus nafas kesal, rintih malas berpindah tempat, penuh gerutu tak tersampaikan, kami berpindah tempat ke WarJem, sebuah tempat yang Historis bagi para alumni-. Ngobrol sambil nyemil emang lebih asyik, ada hikmahnya juga dari pindah tempat.


Siang ba’da zhuhur, acara temu asatidz diundur dari rencana jam 13.00 ke jam 14.30 karena ustadz yang bersangkutan –ust. Latipudin- sedang berhalangan. Sebenernya selama perjalanan dari pagi-siang pun kami sudah bertemu banyak asatidz, tapi kan kayaknya bakal lebih afdhol kalau dalam sebuah forum, sambil duduk santai bareng-bareng ada taujih, nasihat, dan ilmu yang tertransformasikan.

Jam 14.30 kami duduk berkeliling di lantai atas Gd. Darul Arqam, ruang pertemuan. Cuma 11 orang plus Ust Latipudin. Rifqy lagi jalan ke Kostannya di Kuningan, dia gak ikut ngumpul, Raden belum datang, Luthfi ikut ngumpul dengan hati lesu, HAPEnya hilang di kamar tamu, hipotesis kami tu HAPE dicolong orang yang ngakunya alumni angkatan akh Ali Badawi yang lagi pengen merenung n I’tikaf di HK setelah baru cerai dari istrinya. Coz aneh banget, tiba-tiba dia menghilang bagai ditelan bumi Ciremai setelah insiden itu. Tabah ya akh Luthfi, kan ente masih ada HAPE yang satu lagi, heuheuheu.....

Jumlah kami hanya +- 1/6-nya dari jumlah total seharusnya. Tapi dari mereka terlihat aura besar (heuheuheu, ngaco nih). Tapi emang itu yang penulis rasakan ketika melihat saudara-saudara ane yang lagi duduk berkeliling di situ. Selalu itu pula yang ane rasakan kalau ane melihat saudara-saudara angkatan ane yang lainnya. Ane berfirasat mereka akan menjadi orang-orang besar nantinya di masa depan, insyaaAllaah.

Nasihat akan selalu membuat diri seorang mu’min kembali terinspirasi dan bersemangat untuk beramal shalih. Di siang jelang soere itu, kami mendapat sebuah inspirasi hikmah dari air. Bagaimana sifat air yang mengalir ketika ada ruang, menyegarkan, penghilang dahaga kerongkong para musafir, menyucikan, kuat dan menghancurkan, dan lain sebagainya. Bagaimana kita bisa mengambil kesempatan baik, terus bergerak untuk menyucikan (memperbaiki), dan lainnya agar bisa terasakan bermanfaat bagi ummah.

Ashar menjelang. Ba’da ashar, akh Junjun pamit gak bisa nerusin acara sampe besok. Dia harus berangkat besok hari ke Malaysia lagi. Emping yang dia beli dari WarJem ketinggalan karena dia pergi terburu-buru -akhirnya ane ambil aja dah, buat kenang-kenangan, heuheuheu, Alhamdulillaah akhirnya dia ngizinin tu emping ane ambil-. Rencana program futsal kami batalkan. Fasilitas pakaian olah raga kurang memadai plus lapangannya dipakai tim A Futsal HK untuk latihan ekskul. So, kami memutuskan waktu sore itu untuk silaturrahim ke Bibi Tektek –lagi-lagi tempat historis kami-. Hujan menemani kami sore itu sampe isya. Mi goreng kwetiauw dan nasi goreng cukup memberi kami energi untuk jalan lagi naik ke HK. “pamit ya pak, salam buat bibi yang udah tidur duluan. Sampai jumpa lagi pak….”.

Malam itu, base camp kami jadikan bioskop cilik dengan bahan laptop dan kaset-kaset VCD akh Isma’il Rosyid. Kungfu Hustle 2 diputer, snack kripik dibuka, lampu dimatikan. Jangan harap banyak minum malem-malem sehabis makan snack, resikonya harus nanggung kencing tanpa bersuci di WC terdekat atau naik ke asrama atas –asrama baru- malem-malem nyari WC yang konon masih menyisakan air, sisa-sisa sore hari. Weleh-weleh….
Bangun shubuh ada trouble. Air habis, dan kami harus wudhu plus kebelet pipis. Kami keduluan, kalah cepet sama santri-santri yang udah pada nimba air dari jam 3 pagi buta. Alhamdulillaah, akhirnya rumah Ummi MQ pun jadi solusi cerdas, heuheu.. saluran airnya gak ada masalah, kami ngantri ke kamar mandi bareng santri akhwat yang duluan datang numpang ikut ke kamar mandi. Kami wudhu dan sholat shubuh berjama’ah di situ. Karena kepalang, akhirnya gayung mandi pun kami sambut, nasi goreng pun kami santap. Alhamdulillah…. Barokahnya silaturrahim nih, heuheuheu…

Jelang siang, kami berangkat ke Lebakwangi menuju rumah keluarga kami yang ada di sana, keluarga akh Asep Nur ’Amilin. Niatan surprise kami gagal karena berita kedatangan kami sudah bocor, dan hasilnya sambutan dari tuan rumah pun jadi meriah. Di sana sini bunyi “kriuk kriuk”, bunyi kripik gemblong, kacang garing, n apel yang dikunyah, eehhmmmmm….

Alhamdulillaah… jamuan nasi plus mi telor sudah dilahap habis, Endri dan Achri ngebantuin nyuci piring, sholat Ashar berjama’ah pun sudah didirikan. Sudah terlalu banyak merepotkan nih. Last, sehabis foto-foto bareng di teras depan rumah, kami pun caw. Pamit. Di Lebakwangi itulah akhir kami berkumpul. Wong Jakarte nyetop bus Luragung, lainnya nyetop angkot sampe Cirendang. Terpisahlah kami kembali……

Di 2 hari itu jumlah kami yang hadir sangat sedikit tapi meriah, -tercatat dari absensi, yang hadir; Junjun G. G., Luthfi Akip A., Isma’il Rosyid, A. Rifqy El-Kindi, Endri Ginantaka, Achri A. C. M., Hepni Putra, M. Fajar Muharram, Moch. Reza Akbar, M. Nashrudin, Wiwit Nugroho, M. Iqbal Muharram R., dan Rd. Furqon-. Dari orang-orang yang berjumlah sedikit inilah terucap do’a bagi saudara-saudara kita yang lainnya yang pada waktu itu tidak bisa hadir –entahkah itu karena sedang menghadapi UAS, kerja, jarak ribuan kilometer, atau paceklik keuangan- Good luck for y’all brothers!!! insyaaAllaah ini bukan pertemuan terakhir kita. Akh Umet sedang merancang dan memikirkan konsep reuni akbar kita nanti di tahun 2012. persiapkanlah dari sekarang ikhwatiiy. Semoga Allah memanjangkan usia kita hingga kita masih tetap bisa saling bertemu lagi di lain waktu dan tempat.

Semoga Allah tetap menyatukan hati-hati kita. Jangan sampai kita menjadi seperti buih di lautan sebagaimana yang pernah Rasul sabdakan dalam haditsnya mengenai ummat Islam di masa depan, banyak dan tidak beraturan sehingga mudah dihancurkan dan dihinakan, digerumuni musuh-musuh bagaikan makhluk kelaparan menemukan santapannya, na’uudzubillaahi min dzaalik. Salam perjuangan dan ukhuwwah untuk semuanya. Mohon maaf kalau ada kata-kata salah dan menyakitkan yang termuat di tulisan ini. Athlubu al-‘afwa minkum. Uhibbukum fillah.

Dan akhirnya cerita inipun berakhir dengan bablasnya penulis dari tempat tujuan awal ke Kawali, nyampenya di Selacai - +-jarak 1/4 jam- dikarenakan tertidur pulas tanpa diingatkan oleh kondektur bus. Malangnya lagi ongkosnya kehabisan buat muter balik. Uang harapan terakhirnya hilang di mobil elf sewaktu menuju Lebakwangi, lagi-lagi gara-gara dia tertidur pulas. so.... gimana harus pulang?? semua ada hikmah dan pelajaran. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan.......

TAKDIR

T-A-K-D-I-R

TetapanAllahKarenaDiaInginResolusitakdir....
sebuah ketetapan kah...?
sebuah keputusan kah...?
sebuah jawaban kah...?
sebuah pelajaran kah...?
sebuah kepastian kah...?
sebuah kenyataan kah...?
atau sebuah musibah kah...?

lalu apa sebenarnya takdir itu????
haruskah kita menyesalinya??
haruskah kita menangisinya??
atau haruskah kita lebih bijak danberhati besar ketika menerimanya??
lalu,,bila ada kesenjangan antara takdirdan keinginan kita...celaka kah kita?
merugi kah kita?
menderita kah kita?
tak sayang kah Allah pada kita?

jangan...!!!jangan kawan...!!!
jangan sekali-kali berkata bahwa Allahtak sayang kita,,,,
karena Dia lah yang telah memberikankehidupan untuk kita...
bersyukur, bersyukur dan bersyukur....
itulah jalan terbaik untuk meraihkebahagiaan,,,
ketika menerima takdiryang tak sesuai dengan harapan dankeinginan kita...
hingga hati ini terasa begitulapang,,sejuk,,damai dan tenang.

yakin bahwa Allah lah yang menggenggamkehidupan ini,
termasuk diri kita selaluberada dalam genggam-Nya..
maka Dia pastitau apa yang terbaik untuk kita.bukankah Allah Maha Mengetahui??
so,,, takdir bukan untuk disesali atauditangisi..
namun,berusaha lah untuk menerimanyadengan jiwa dan hati yanglapang,ikhlash,syukur dan bersabar...
kita butuh proses untuk menemukan hikmahdan pelajaran yang menjadi teka-tekikita...
Allah ingin agar kita menjadiorang yang pandai dalam mengambil hikmahyang menyelimuti ketetapn-Nya..

adopted by: nafisah fillah..

Email yang terabaikan... ?!!!

Suara ceria tawa dan canda anak-anak dan sambutan hangat sang istri sewaktu menyambut kedatanganku sepulang dari kerja membuat peluh dan lelah ku menjadi hilang. Dalam hembusan angin sore yang sepoi-sepoi menhampiri rumah ku yang sederhana. Seperti biasa selepas pulang dari kantor aku langsung mengambil air wudlu dan shalat, setelah itu menghampiri anak-anak dan istriku tercinta yang sedang bercanda ria diruang keluarga.

Disuatu sore yang cerah, dikagetkan oleh sosok seorang berjubah putih yang menyebarkan harum mewangi, tiba-tiba datang menghampiri diriku yang waktu itu belum sempat melangkahkan kakiku ke dalam rumah. Belum sempat diriku bertanya “siapa dia?” tiba-tiba dadaku terasa sesak, nafasku terasa berat dan kerongkonganku terasa sakit yang mendalam.

Tak kuat ku menahan sakit sampai badanku megeluarkan keringat dingin, mataku meneteskan air mata dan badanku terasa lemas. Dari kejauhan ku melihat anak-anakku tak seperti biasanya bercanda ria dan istriku menyambutku dengan hangat tiba-tiba menangis sekeras-kerasnya sehingga mengundang banyak perhatian tetangga dan orang yang melewati rumahku.

Ku dekati istri dan anakku yang sedang menangis diruang keluarga. Tiba-tiba ku terhentak kaget melihat sosok mayat yang terbujur kaku dihadapan istri dan anak-anakku yang ternyata adalah badanku yang sudah tak berdaya, kaku dan pucat. Ku coba peluk istri dan anak-anakku untuk menjelaskan pada mereka bahwa aku ada didekat mereka tapi… apalah daya tanganku tidak bias meraih dan merasakan mereka.

Baru kusadari bahwa aku telah meninggal dan orang yang kutemui malaikat yang telah membawa ruh ku yang tak akan pernah lagi kembali ke dunia yang fana ini, dunia yang penuh iming-iming kenikmatan sesaat.

Aku menangis sejadi-jadinya, telah kusadari bahwa aku meninggal dalam keadaan belum beribadah, belum banyak yang kulakukan untuk kemaslahatan umat, belum bisa berbakti kepada kedua orang tua ku dan orang-orang yang kucintai, aku belum bisa menjadi seorang kepala keluarga yang dapat menjadi tauladan bagi keluargaku dan belum bisa menjadi tetangga yang baik.

Sungguh, aku tak kuat melihat mayatku yang terbujur kaku, aku telah menyesal. Seandainya aku tahu kapan aku akan meninggal aku akan mempersiapkan diriku untuk menghadapi kematianku dan akan ku bagi waktu ku yang tersisa untuk ibadah kepada-Mu ya… rab, untuk bekerja dan membimbing anak-anak dan keluargaku. Tapi… waktu sudah terlambat, ajal sudah menjemputku yang tak aku duga setelah sepulangku dari kerja.

Ya Allah, seandainya Kau mengijinkanku untuk hidup lebih lama dan member kesempatan untuk membaca E-mail ini. Sungguh aku termasuk orang yang bahagia karena masih bisa meluangkan waktuku untuk bersimpuh dihadapan-Mu untuk memohon ampunan dosa yang yang telah ku lakukan dan bisa berbuat baik kepada orang lain. Sehingga aku siap meyembut kematianku.

Ikhwatifillah, pelajaran yang disampaikan pada ilustrasi cerita diatas bahwa kematian seseorang tidak memandang usia, tempat dan waktu. Semua orang akan mengalaminya dan kematian tidak bisa ditangguhkan atau digantikan dengan sesuatu yang sangat berharga sekalipun. Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (Al Munafiqun: 63).

Marilah, sebelum kematian datang menjemput, kita persiapkan diri untuk menjadi lebih baik. Menjadi hamba yang selalu mendekatkan diri kepada Sang Khaliq untuk beribadah kepada-Nya. Bukankah Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah?

Hantono Assadul Kahfi (Motivation Hunter) Haldon ST. Lakemba
Andesco83@yahoo.com.au